Jumat, 28 Oktober 2016

Masjid Agung Keraton Yogyakarta

                                                    http://kebudayaanindonesia.net/
Masjid Agung Keraton Yogyakarta didirikan  pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono I. Berada di areal seluas ±13.000 m2, bangunan ini dibatasi oleh pagar tembok keliling. Masjid ini terletak di Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Yogyakarta.
Pembangunan masjid dilakukan setelah 16 tahun Keraton Yogyakarta berdiri atas usulan Kiai Pengulu Faqih Ibrahim Dipaningrat dengan arsiteknya yaitu Tumenggung Wiryakusuma. Masjid ini dibangun secara bertahap. Tahap 1 yaitu pembangunan bangunan utama masjid, tahap 2 pembangunan serambi masjid kemudian dilanjutkan pembangunan bagian-bagian masjid yang lain.

Masjid Agung Keraton terdiri dari:
-       Halaman masjid (depan dan belakang)
-       Tempat wudhu
-       Makam Nyi Achmad Dahlan dan makan lainnya (berada di hakaman belakang)
-       Serambi masjid
-       Ruang utama masjid
-       Perpustakaan
-       Pagongan (tempat menyimpan gamelan)
-       Ruang sekretariat
Untuk masuk ke Masjid Agung, ada 5 pintu  yang bisa dilewati. 2 pintu berada di utara dan selatan masjid, sisi timur terdapat pintu gerbang utama.
Masjid ini dibuka untuk umum, namun ada peraturan yang harus dipatuhi oleh semua pengunjung mengingat Masjid Agung Keraton merupakan tempat ibadah yang masih terletak di dalam kompleks Keraton Yogyakarta, seperti wajib mengenakan busana yang tertutup, untuk perempuan wajib menggunakan kerudung atau kain penutup kepala lainnya jika ingin masuk ke ruang utama masjid, wajib melepas alas kaki ketika memasuki serambi masjid, tidak boleh merokok, makan ataupun minum dan harus menjaga ketertiban serta ketenangan.
Kawasan di sekitar masjid merupakan pemukiman bagi para santri atau ulama yang lebih dikenal dengan nama Kauman dan Suronatan.

Apa yang membuat Masjid Agung Keraton berbeda dari masjid yang lain? Yang pertama yaitu lokasinya yang masih satu kompleks dengan Keraton Yogyakarta, yang kedua yaitu hiasan di mimbar dan tempat shalat raja zaman dulu (maksurah) berupa bunga dan huruf Arab, selanjutnya adanya prasasti yang menjelaskan pembangunan masjid yang berada di ruang utama masjid.


Keberadaan Masjid Agung Keraton Yogyakarta menjadi salah satu bukti kebesaran dari penguasa Yogyakarta zaman dulu. Keunikan yang ada pada masjid ini menjadi ciri khas tersendiri dibanding masjid lainnya. Tidak heran banyak pengunjung baik itu dari Indonesia maupun mancanegara yang datang ke masjid ini untuk beribadah maupun sekedar berwisata. 

Sumber:

Kamis, 06 Oktober 2016

Museum Universitas Gadjah Mada

Museum UGM terletak di Universitas Gajah Mada, Bulaksumur, Blok D-6 & D-7, Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Berada satu area dengan Grha Sabha Pramana, membuat Museum UGM mudah untuk diakses. Museum ini buka setiap Senin-Jumat pukul 08.00-15.00 dengan biaya masuk gratis.
Museum UGM berisi sejarah berdirinya UGM sebagai universitas tertua di Indonesia dan bertujuan untuk menggambarkan perjalanan awal UGM termasuk perjuangan para tokoh pendiri UGM serta sumbangsih dari mahasiswa dan dosen UGM kepada masyarakat dan pemerintah sekaligus menunjukkan berbagai benda-benda peninggalan tokoh yang berperan besar dalam pendirian UGM kepada masyarakat umum terutama civitas akademika UGM. Museum UGM dirintis sejak tahun 2000-an. Ketika era kepemimpinan Prof. Dr. Ichlasul Amal, muncul gagasan mendirikan museum di tingkat universitas atas usul dari prof. Dr. T. Jacob. Pada tahun 2011-2012, minat untuk mendirikan museum berlanjut dengan adanya penelitian dari Tim Peneliti Pusat Studi Pancasila untuk mendapat gambaran mengenai isi dari Museum UGM itu sendiri.
Uniknya, di museum ini terdapat kamar yang menjadi tempat tinggal sementara Barrack Obama selama berada di Yogyakarta. Kamar tersebut berisi tempat tidur, meja kerja dan foto-foto selama Obama berada di Indonesia. Ada juga replika roket yang diluncurkan oleh mahasiswa UGM, foto-foto dari tokoh pendiri UGM, gambaran mengenai denah awal UGM dan lain sebagainya.

Keberadaan Museum UGM bisa menjadi alternative bagi mahasiswa yang ingin mengenal lebih dekat mengenai almamaternya. Tidak hanya bagi mahasiswa, masyarakat umum juga bisa mengenal lebih jauh tentang UGM karena museum ini dibuka untuk umum. 








Museum Hamengkubuwono IX

Sri Sultan Hamengkubuwono IX terlahir dengan nama Gusti Raden Mas Dorodjatun. Beliau merupakan putra dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan Kanjeng Raden Ayu Adipati Anom Hamengkunegara. Semasa menjabat sebagai Sultan di Yogyakarta, beliau aktif dalam gerakan kepramukaan dan TNI Angkatan Darat. Beliau juga menjadi salah satu orang yang menentang pemerintahan Belanda.
Museum Hamengkubuwono IX adalah bangunan yang berada di dalam komplek Keraton Yogyakarta yang terletak di Jl. Rotowijayan, Blok 1, Panembahan, Kraton, YogyakartaMuseum Hamengkubuwono khusus didirikan sebagai bentuk penghormatan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Museum ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X pada 18 November 1990. Museum Hamengkubuwono IX dibagi menjadi 3 bangunan:
-          Bangunan utama atau gedung I: Bangunan ini terletak di posisi terdepan museum sekaligus sebagai pintu masuk museum. Dinding bangunan terbuat dari kaca, dengan dekorasi bernuansa Jawa dan ukiran keemasan khas keraton. Di dalam bangunan ini, bisa ditemukan benda-benda peninggalan Sultan Hamengkubuwono semasa menjabat sebagai Sultan seperti meja kerja, peralatan menulis, meja untuk menjamu tamu, berbagai penghargaan dan medali dan lain-lain
-          



   Bangunan ke-2: Berisi barang-barang peninggalan Sultan ketika beliau masih kecil dan belum dinobatkan sebagai Sultan di Yogyakarta, pakaian sehari-hari, foto-foto, peralatan makan dan memasak yang digunakan Sultan, mainan yang Sultan gunakan semasa kecil dan lain-lain. Ada juga beberapa kamera, lukisan dan tulisan mengenai Sultan yang dimuat dalam surat kabar
-          Bangunan ke-3: Berisi berbagai macam penghargaan (lencana, medali, piagam penghargaan), singgasana Sultan dan lukisan Sultan semasa menjabat sebagai Sultan Yogyakarta
Antara bangunan yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan pintu dan selasar. Di setiap bangunan, terdapat satu abdi dalem keraton yang bertugas menjaga museum. Apabila pengunjung ingin tahu lebih luas mengenai museum, pengunjung bisa menyewa tour guide.
Untuk harga tiket masuk museum gratis, pengunjung hanya perlu membayar tiket masuk keraton sebesar Rp.7000 untuk turis asing, Rp.5000 untuk turis lokal, biaya foto sebesar Rp. 2000 dan parkir motor Rp. 2000.
Keunikan dari museum ini ada pada bangunannya yang terbuat dari kaca dengan ukiran emas tetapi masih menampilkan nuansa Jawa khas keraton. Benda-benda yang ada juga tersimpan rapi dan selalu dijaga kebersihannya. Adanya beberapa foto maupun lukisan Sultan yang dipajang membuat pengunjung bisa mengenal lebih jauh sosok seorang Sultan Hamengkubuwono IX. Di museum ini juga pengunjung bisa mengetahui kehidupan sehari-hari Sultan yang ternyata memiliki hobi memasak, fotografi dan berorganisasi.
Museum Hamengkubuwono IX mempunyai daya tarik sendiri bagi pengunjung terutama wisatawan asing. Dimana lagi mereka bisa melihat secara langsung benda-benda yang dulu digunakan oleh salah satu tokoh penting di Yogyakarta selain di museum ini. Benda-benda tersebut menjadi saksi bisu perjalanan hidup seorang Sultan Hamengkubuwono IX yang tentunya harus dirawat dengan baik.